Lihatlah Ke Bawah


children-63175__340
Pixabay

Dengan sedikit menyimak judul di atas, anda sudah bisa menebak apa sebenarnya makna yang terkandung dalam ungkapan itu. Dalam sebuah hadisnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan para sahabatnya dan tentunya kepada kita semua, agar melihat ke bawah yaitu melihat dengan mata hati akan orang-orang yang kurang beruntung dibanding kita. Beliau juga mengingatkan bahwa ketika anda melihat orang-orang di level atas yang memiliki beberapa kelebihan harta dan segala fasilitas yang tidak atau belum kita miliki, maka segeralah anda merenungkan bahwa ternyata kita masih lebih beruntung dibandingkan orang-orang di level bawah kita dalam hal harta dan dunia.

Dengan demikian, mudah-mudahan kita tersadarkan dan segera bersyukur atas begitu banyak nikmat Allah shubhanahu wata’ala yang telah kita terima selama hidup. Dan insya Allah kita akan tetap merasa bahagia secara batiniah meski tidak berlimpah harta.

Dalam hidup ini kita pasti menginginkan punya harta dan segala fasilitas yang memudahkan kita untuk mendapatkan kenyamanan hidup atau boleh disebut dengan kebahagiaan hidup di dunia (sifatnya materi). Dan hal ini adalah sesuatu yang wajar, dan agama juga tidak melarang kita untuk itu, asalkan tidak sampai berlebihan dan menghalalkan segala cara dalam mendapatkanya. Betapa banyak orang yang terkesima dengan kilauan harta orang lain. Tidak pernah merasa cukup dengan harta yang ia miliki. Jika sudah mendapatkan suatu materi dunia, dia ingin terus mendapatkan yang lebih. Jika baru mendapatkan motor, dia ingin mendapatkan mobil, dan seterusnya sampai pesawat pun dia inginkan. Itulah watak manusia yang tidak pernah puas.

Agar kita tidak mudah melupakan atau meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan-Nya kepada kita, maka Rasulullah mengingatkan kita sebagaimana sabdanya berikut ini :

Rasulullah SAW bersabda: “lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah kamu melihat orang yang di atasmu. Maka hal itu lebih baik untuk tidak meremehkan nikmat Allah atasmu.” (Muutafaq ‘Alaih)

Penjelasan Hadits

Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menyuruh kaum muslimin agar memandang orang yang berada di bawah mereka, baik mengenai bentuk dan rupa tubuhnya, kesehatan dan kesejahteraannya, harta dan kekayaannya maupun yang lain-lainnya. Dengan cara demikian, mereka akan merasa beruntung dan lebih baik keadaan mereka dibandingkan dengan yang dibawah standar nasib mereka.

Sebaliknya Rasulullah SAW melarang kaum muslimin memandang orang yang di atas mereka sebab dapat menimbulkan rasa kecil hati dan rendah diri dan bahkan bukan mustahil dapat menimbulkan rasa kecewa, menyesal diri dan mungkin timbul persangkaan yang buruk kepada Allah SWT bahwa Dia tidak memperhatikan keadaan dirinya atau pilih kasih dalam pemberian nikmat.

Jika orang sudah tidak pernah merasa puas dengan apa yang dia punya, maka dia akan terus berangan-angan dan bahagiakah yang dia rasakan? Hanya dia yang tahu jawabannya, tetapi umumnya orang mengatakan bahwa orang seperti itu, tidak bahagia karena tidak pernah merasa puas. Karena itu, sekali lagi saya harus mengatakan di sini, bahwa bahagia itu sederhana sekali, yaitu cukup menerima apa yang kita miliki, lalu mensyukurinya karena itu pemberian Allah shubhanahu wata’ala.

Melihat ke atas, tidak juga dilarang asalkan dalam hal-hal yang bisa memotivasi kita untuk mendapatkanya, seperti melihat orang-orang yang tingkat pendidikannya tinggi. Kaum muslimin dibenarkan melihat orang yang lebih tinggi derajatnya, khusus dalam masalah ketaatan dalam menjalankan agama (dalam hal kebaikan yang bernilai agama) atau dalam menuntut ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan yang bernilai agama. Melihat ke bawah, sebenarnya adalah sebuah jalan menuju kebahagiaan batin, yang pada gilirannya akan menjadikan badan kita sehat. Melihat ke bawah dalam hal harta dan dunia insya Allah akan membuat kita bisa lebih arif dan bijaksana dalam menyikapi hidup ini…Wallahu a’lam.

Demikian catatan singkat sebagai refleksi hari-hari ku, semoga bermanfaat.

SPARK OF CONTENT :

Look down, to those who are less fortunate than us. Thus, hopefully we awakened and immediately give thanks to Allah Almighty God for so many blessings that we have received during our life. And God willing, we will continue to feel happy inwardly though not abundant treasures. Looking up, nor prohibited as long as the things that can motivate us to obtain them, such as seeing people who are high-level education and we are motivated. Looking down, is actually a path to inner happiness, which in turn will make our body healthy. Looking down the world in terms of wealth and God willing, will allow us to be wise and prudent in dealing with this life.

8 thoughts on “Lihatlah Ke Bawah

  1. Dulu, akupun dilarang untuk terlalu sering melihat keatas. Karena takut kurang bersyukur

    Namun skrg aku paham bahwa melihat ke bawah untuk mensyukuri keadaan sekarang & melihat ke atas untuk motivasi diri.

    Liked by 2 people

    1. Terima kasih mas Whyu atas kunungannya, dan syukur alhamdulillah bila postingan sederhana ini bisa memberi pencerahan dan bermanfaat bagi mas Wahyu dan juga insya Allah bermanfaat bagi pembaca-pembaca lainnya. amien.
      Terima kasih dan salam hangat dari saya di Dompu

      Like

    1. Betul sekali Wooclip, tebakannya jitu. Terima kasih atas kunjungannya yah, sering-sering silaturrahmi ya biar panjang umur sehat dan bahagia. Amien.
      Salam kenal dari saya di Dompu

      Like

  2. Betul pak syam, dalam menjalani hidup bahkan harus bisa memandang denga multi dimensi yaitu kebawah, keatas, samping kiri dan samping kanan, sisi depan serta sisi belakang.
    Kebawah untuk selalu bersyukur, Keatas untuk memotivasi, samping kiri dan kanan untuk tidak menyinggung orang lain atas perbuatan kita, ke belakang untuk belajar dari masa lalu dan ke depan untuk sebuah perencanaan.

    Liked by 2 people

    1. Terima kasih mas Edi atas komentarnya yang jujur dan sangat komplit ini. Jujur,saya malah tak terpikir sampe sekomplit itu memandangnya. Syukur alhamdulillah kalau begitu saya mendapatkan tambahan ilmu dan wawasan yah dari mas Edi. Hanya saya tambahkan sedikit, bahwa ke depan untuk perencanaan dan harapan serta doa.
      Terima kasih, salam dari saya di Dompu

      Like

  3. Assalaamu’alaikum wr.wb, mas AR Syamsuddin….

    Sungguh menyentuh hati membaca tulisan di atas. Kita patut merasa malu dengan Rasulullah SAW dan para sahabatnya kerana mereka memilih hidup sederhana walau mereka kaya dengan harta. Kita patut bersyukur dengan apa yang ada dan jangan tamak dengan dunia kerana ketamakan dunia membuat kita melakukan apa sahaja untuk memenuhi nafsu yang bermaharajalela.

    Salam takzim dari Sarikei, Sarawak.

    Liked by 2 people

    1. Wa’alaikumsalam wr.wb. mba Fatimah…
      Terima kasih mba Fatimah sudah berkenan mampir di blog The Re-Created, juga telah memberikan komentarnya yang mencerahkan hati. Iya betul sekali mba Fatimah, kita sesungguhnya belum bisa meneladani uswah hasanah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam kesederhanaan hidup. Kita sebenarnya sudah mencapai kenyamanan hidup dalam harta dunia, namun kadang belum merasa puas, masih saja ingin lebih dan lebih hingga tak jarang pula menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Oleh karenanya, sangat perlu kita melihat ke bawah ya mba, pada nasib orang-orang yang kurang beruntung agar kita bisa menerima dan mensyukuri apa adanya pemberian Allah Shubhanahu wa ta’ala.
      Salam takzim kembali dari Dompu

      Liked by 1 person

Comments are closed.