Terinspirasi oleh fenomena sosial yang saya lihat setiap saat baik yang dijumpai langsung dalam masyarakat maupun melalui media cetak dan online, lalu sayapun menulis artikel ini dengan judul seperti di atas. Apa sih fenomena sosial itu ? Dia adalah gaya hidup atau life style sebagian masyarakat kita di era-era terakhir ini. Saya tidak mengatakan bahwa gaya hidup sebagai sebuah fenomena sosial yang tidak boleh ditiru atau dilakukan. Tetapi ada kecenderungan orang-orang menghalalkan segala cara demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tak peduli apakah cara yang mereka tempuh halal atau haram. Demi mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan yang bersifat materi dan hanya sementara sifatnya.
Benarkah dengan mendapatkan harta atau kekayaan berlimpah dari cara-cara yang tidak halal bisa membahagiakan mereka dalam arti sebenarnya ? Jangan salah, dan harus berhati-hati dalam menggapai kebahagiaan. Sebab, jika salah dalam memilih cara menggapai bahagia, petualangan anda dalam mencari kebahagiaan akan berakhir dengan kekecewaan. Ada contoh, yang bisa kita ceritakan di sini bahwa ada orang atau sebagian orang yang berakhir kecewa, setelah petualangannya dalam mencari bahagia melalui korupsi, penipuan, pelacuran dan lain-lain, lalu ditangkap KPK atau polisi dan berakhir di penjara, entah berapa lama.
Padahal, kebahagiaan adalah hal yang amat sederhana. Karena dengan membangun pikiran positif dalam diri kita, maka bahagia itu segera kita gapai. Dan kebahagiaan adalah banyak bersyukur pada Tuhan yang telah memberikan banyak anugerah dan karunia-Nya pada kita.
Begitu pun Islam mengajarkan umatnya, bagaimana cara memiliki dan mencari harta. Seorang Muslim dilarang untuk mencari harta dengan cara menipu, korupsi, mencuri dan lain sebagainya, sebagaimana firman Allah berikut ini.
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah 2 : 188)
Sadarkah kita bahwa pada diri kita begitu banyak, lengkap dan sempurnanya nikmat itu diberikan, ada mata, telinga, otak, hati, jantung dan lain-lain. Sudahkah semua nikmat itu kita syukuri dan kita gunakan sesuai dengan peruntukannya ?
Terkait dengan rasa syukur, saya mengutip pendapat yang mengatakan bahwa, “Syukur itu penting. Ketika kita memilih dan membangun pikiran syukur, kita tidak hanya mengubah sudut pandang kita, tetapi juga keadaan menjalani rasa syukur tersebut. Bersyukur adalah cara yang sangat baik untuk mengubah “anggapan kegagalan” kita; syukur dapat menolong untuk mengeluarkan kita dari suasana hati yang murung, membawa kita kembali ke jalur yang tepat, dan membuat kita maju terus ke arah yang positif. Emosi dari syukur, singkatnya, mempunyai pengaruh yang ajaib terhadap cara kita memandang dunia dan kehidupan ini.” (Roni Ismail, Menjadi bahagia dalam 60 menit, hal. 12).
Gaya hidup yang mengedepankan kemewahan materi sebenarnya hanyalah kesenangan dan kebahagiaan yang semu dan tidak sejati sifatnya. Mungkin kita mengira kalau yang punya rumah mewah, mobil mewah itu lebih bahagia dari si pemulung yang setiap hari hanya dapat cukup untuk makan hari itu, belum tentu, demikian pula sebaliknya. Jadi, berhati-hatilah dalam mencari kebahagiaan.
Alhamdulillah, mari senantiasa bersyukur atas segala rahmat dan karunia yang Allah berikan pada kita hingga saat ini, agar tetap bisa merasakan kebahagiaan dalam hati kita, yaitu kebahagiaan yang sejati@..Wallahu a’lam.
Demikian coretan singkat, semoga bermanfaat, amien.
You must be logged in to post a comment.